Jumat, 19 Februari 2010

LUPA

A. Defenisi Lupa
Dari pengalaman sehari-hari, apa yang dialami dan dipelajari individu tidak seluruhnya tersimpan dalam memori. Menurut Gulo dan Rebber lupa adalah ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialaminya. Dan menurut salah seorang ahli psikologi lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau mereproduksi kembaliapa-apa yang sebelumnya telah dipelajari.
Sering sekali kita memandang lupa sebagai gejala yang menyedihkan, yang seharusnya tidak ada, namun mau tidak mau kita harus mempunyai sifat lupa tersebut. Mungkin saja ada beberapa orang yang frustasi, karena sering sekali mengalami lupa pada hal sudah berusaha untuk mengingat apa yang telah dipelajarinya. Sehingga seringkali timbul pertanyaan-pertanyaan dari dalam diri siswa untuk apa belajar kalau nantinya tidak dapat diingat kembali atau lupa jua. Dan siswa/I cenderung menganggap bahwa lupa adalah sebagai musuh besar. Bahkan, tidak sedikit siswa yang mencari alas an pokok bagi nasibnya yang malang ‘bakat ingatan lemah” atau pada dasarnya dia tidak dapat mengingat dengan baik, dan lupa-lupa saja karena tidak memiliki bakat untuk mengingat. Kalau gagasan semacam ini diteruskan, siswa malah sampai pada kesimpulan “lebih baik tidak belajar, toh akan lupa juga” maka dikhawatirkan kebodohan terjadi dimana-mana. Maka, bagi guru maupun siswa mendambakan keadaan lain serba ideal, dimana tidak terjadi lupa dan segala apa yang pernah dipelajari dapat di ingat dengan baik.
B. Prihal Lupa
Dahulu kala banyak orang yang berpendapat bahwa lupa itu terjadi disebabkan oleh lamanya waktu antara terjadinya pengalaman dengan terjadinya proses ingatan. Karena telah lama, maka mudah untuk dilupakan. Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ternyata pendapat tersebut tidak benar. Sekarang orang lebih cenderung untuk menerima bahwa lupa itu tergantung kepada:
1. Apa yang diamati
2. Bagaimanakah situasi dan proses pengamatan itu berlangsung
3. Apakah yang terjadi dalam jangka waktu berselang itu
4. Bagaimana situasi ketika berlangsungnya ingatan itu.
Keempat pendapat itu sangat berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Adapun yang dimaksud dengan lupa itu sendiri adalah sesuatu peristiwa seseorang tidak dapat mereproduksikan tanggapan meskipun ingatan kita dalam sehat.
C. Sebab-Sebab Terjadinya Lupa
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kita lupa terhadap sesuatu yang pernah kita alami:
Pertama
karena apa yang dialami itu tidak pernah digunakan lagi, atau tidak pernah dilatih kembali. Sesuatu yang tidak pernah dilatih/diulangi lagi, lama kelamaan akan dilupakan.
Hukum ini disebut Lau of Disuse yang berasal dari seorang tokoh yang bernama Thandike. Pendapat ini didasarkan atas eksperimen-eksperiment yang dilakukan terhadap hewan.
Kedua
Lupa juga dapat disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena adanya gejala-gejala isi jiwa yang lain. Retro active inhibition ini sering terjadi jika bahan-bahan yang depelajari banyak persamaannya. Maka itu, tidak baik mencampur adukkan pelajaran dalam pikiran kita waktu belajar karena akan saling menghambat satu sama lain.
Ketiga
Karena reprasi. Tanggapan-tanggapan atau isi jiwa yang lain ditekan kedalam ketidak sadaran oleh Das Uber-ich atau super ego. Karena selalu mengalami tekan itu maka, lama kelamaan menjadi lupa. Biasanya tanggapan-tanggapan itu selalu ditekan kedalam ketidaksadaran itu ialah tanggapan-tanggapan yang tidak baik yang merugikan kita, yang bersifat asusila/moral dan asosiasi.
Ada beberapa cara yang menerangkan prosesterjadinya lupa tersebut, diantaranya adalah:
1. Cara memasukkan atau belajar kurang tepat, terjadi kecerobohan pada waktu mengamati, sehingga apa yang diingat tidak sesuai dengan apa adanya.
2. Kekuatan menyimpan (retensi) yang kurang baik yang kurang bahan pada saat ditimbulkan kembali.
D. Kapan Terjadi Lupa
Persoalan pada saat-saat kapan terjadi lupa, seharusnya dikaitkan dengan proses belajar itu sendiri. Lupa sebenarnya menyangkut dengan penggalian ingatan (Long trem memory) penggalian (retrieval) berlangsung sesudah materi pelajaran diolah (enconding) dan dimaksukkan dalam LTM (storage). Hasil penggalian mungkin harus digunakan dalam proses belajar yang sedang berlangsung, mungkin pula akan digunakan beberapa waktu kemudian, setelah proses belajar yang sekarang ini.
Selama proses belajar berlangsung siswa membutuhkan hasil penggalian dari ingatannya pada saat:
a. Unit pelajaran, yang belum selesai dipelajari seutuhnya, akan dilanjutkan, misalnya pada jam pelajaran berikutnya. Disini berperan yang disebut “working memory”
b. Hasil belajar akan diterapkan diluar lingkup bidang studi yang bersangkutan, misalnya pengetahuan dibidang studi IPA digunakan untuk memahami aneka gejala klimatologis yang dialami setiap hari (transfer belajar). Disini working memory mungkin berperan.
c. Harus memberikan prestasi pada akhir proses belajar, yang membuktikan bahwa hasil belajar memang diperoleh atau tujuan intruksional telah tercapai. Disini working memory mungkin berperan.
Sesudah proses belajar berakhir, siswa membutuhkan hasil penggalian dari ingatannya pada saat:
a. Mempelajari unit pelajaran dibidang studi sama atau mempelajar topic tertentu di bidang studi lain. Hasil dari belajar yang dahulu itu diperlukan dalam rangka pengolahan materi yang lain. Di sini working memory berperan
b. Mengulang kembali garis-garis besar dari materi pelajaran untuk beberapa pokok bahasan, sebagai persiapan untuk menempuh ulangan (review). Disini working memoryberperan.
c. Memberikan prestasi pada waktu mengerjakan ulangan yang meliputi sejumlah satuan pelajaran yang telah selesai dipelajari. Disini working memoru berperan.
Dalam rangka menjawab persoalan “kapan terjadi lupa”, cukuplah ditinjau fase menggali dan fase prestasi, karena dalam kedua fase itu dapat terjadi kesulitan dalam penggalian (retrieval) “keluar” menyangkut fase konsentrasi, karenasemua unsure dalam materi pelajaran yang tidak relevan tidak akan diperhatikan lagi.
E. Mengapa Terjadi Lupa
Persoalan tentang mengapa terjadi lupa belum mendapat jawab yang pasti. Tentang masalah apa kiranya sebab manusia mengalami lupa, terdapat beberapa pandangan ilmiah yang insya Allah akan kita uraikan.
Ingatan sering dianggap sebagai suatu kemampuan/kepastian yang agak bersifat umum. Misalnya intelegensi atau kemampuan intelektual, yang sedikit banyak berdiri sendiri. Dalam literature ilmiah yang membahas sebab-sebab terjadinya lupa, dapat ditemukan berbagai pandangan antara lain adalah:
a. Menurut Woodworth, gejala lupa disebabkan bekas-bekas ingatan yang tidak digunakan, lama kelamaan akan terhapus, dengan berlangsungnya waktu, terjadinyaproses penghapusan yang mengakibatkan suatu bekas ingatan menjadi kabur dan lama kelamaan hilang sendiri. Pandangan ini dikaitkan dengan proses fisiologis yang belangsung pada sel-sel otak, digambarkan bahwa pada saat fiksasi, kean-kesan yang dicamkan ini diterima dan ditanamkan dalam struktur fisik sel-sel otak.
b. Pandangan ini mendapat banyak dukungan dari beberapa hasil penelitian ialah pandangan yang mencari sebab terjadinya lupa dalam “interfrensi”, yaitu gangguan dari informasi yang baru masuk kedalam ingatan terhadap informasi yang telah tersimpan disitu, seolah-olah informasi yang lama digeser dan kemudian lebih sukar diingat. Terjadinya interferensi merupakan suatu fakta, meskipun belum diketahui dengan jelas bagaiman interferensi itu harus dijelaskan.
c. Pandangan yang lain menunjukkan pada suatu motif tertentu, sehingga orangsedik banyak mau melupakan sesuatu, misalnya kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan lebih mudah dilupakan dari pada yang menyenangkan. Jadi, disini terdapat pegnaruh dari motivasi terhadap penyimpanan.inilah kasus lupa yang berformatif.
Ketiga pandangan yang dijelaskan di atas mengandaikanbahwa terjadinya sesuatu selam fase penyimpanan (retensi), sehingga penggalian (evokasi) menjadi lebih sukar. Pandangan atau tujuan itu tidak perlu saling bertentangan, mungkin semua pandangan ini mengandungkebenaran. Namun, diantara ketiga pandangan itu, belum ada satupun yang terbukti mampu menjelaskan secara memuaskan sebab pokok terjadinya lupa, maka dalam hal ini masih tinggal sejumlah pertanyaan uangbelum terjawab.
Mungkin pula salah satu penyebab terjadinya lupa ialah para siswa tidak mendapat kunci yang tepat untuk membuka ingatannya, jadi kesukarannya timbul pada fase penggalian itu sendiri. Misalnya, bilamana seorang guru memberikan pertanyaan pada ulangan dengan menggunakan rumusan atau istilah yang tidak pernah dipelajari oleh siswa, maka tidak mengherankan kalau siswa tidak dapat mengerjakannya dan mungkin mengatakannya ‘saya telah lupa”. Tetapi sangat besar kemungkinannya siswa tidak lupa sama sekali, tetapi tidak mengetahui dimana harus mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya.
F. Usaha Mengurangi Lupa
Penjelasan tentang suatu usaha yang dapat dilakukan oleh siswa dan guru dalam bagaimana usaha untuk mengurangi lupa, disini kita akan bahas secara singakt, antara lain adalah:
a. Motivasi belajar yang kuat dipihak siswa, lebih-lebih motivasi intrinsic, dan kesadaran akan tujuan yang harus dicapai, mendorong siswa untuk melibatkan diri.
b. Fase konsentrasi, siswa harus memberikan perhatian yang khusus pada unsure-unsur yang relevan. Perhatian ini memungkinkan pengolahan yang baik pada fase berikutnya. Maka, guru harus berusaha mengarahkan perhatian siswa, supaya aneka unsure pokok dalam materi pelajaran sungguh-sungguh diperhatikan, antara lain dengan menunjukan unsure-unsur itu secara jelas. Semua unsure yang tidak pokok dibiarkan saja tidak diperhatikan.
c. Fase pengolahan, siswa perlu mengolah materi dengan baik dan segera. Penundaan pengolahan mungkin sekali akan mengakibatkan bahwa materi itu terdesak keluar dari STM, karena ada informasi baru yang masuk.
d. Apa yang dpaat diusahakan oleh siswa dan guru selama infomasi tersimpan dalam ingatan panjang (LTM), tidak jelas seolah-olah siswa dan guru terpaksa pasif saja, sejauh menyangkut penyimpanan itu sendiri. Seringkali dianjurkan agar bekas-bekas yang tersimpan dalam LTM, diperbaharui dengan menggalinya dari ingatan, mengelolanya kembali dan memasukkannya lagi kedalam ingatan. Anjuran itu tepat, karena pembaruan ini dapat mengurangi terjadinya lupa.
e. Pada fase penggalian dan fase prestasi, siswa harus menggunakan kunci yang tepat atau cocok untuk membuka ingatannya. Dalam hal ini guru dapat membantu dengan memberikan pertanyaan yang terarah, supaya siswa berhasil dalam menggali informasi dari ingatannya. Prestasi yang diharapkan dari siswa harus dirumuskan dengan jelas, sehingga siswa menangakap kaitan antara bentuk prestasi yang diharapkan darinya dan perumusan terdahulu yang digunakan selama dia belajar. Selain itu usaha yang digunakan untuk mengadakan transfer atau pengaliha dari hasil belajar dalam lingkup bidang studi tertentu kedalam bidang studi yang lain atau kegidupan sehari-hari, akan mengurangi lupa, karena siswa semakin sadar akan kegunaan hasil belajarnya.
Dengan demikian siswa dapat menempatkan suatu konsep dalam jaringan kaitan dengan konsep lain yang lebih inklusif (bertempat lebih tinggi dalam hirarki) atau lebih bersifat eksklusif (tempat lebih bawah).

REFERENSI
Nefi Darmayanti, Diktata Psikologi Belajar, (IAIN-SU,: Medan, 2005).
Abu Ahmad, Psikologi Belajar, (PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1991)
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 1992)
H.M Farid Nasutioan, Psikologi Umum, ( IAIN Press: Medan, tt)
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Media Abadi: Yogyakarta, 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar